BAB 1
BERAPRESIASI SENI RUPA, SENI MUSIK, SENI TARI, SENI TEATER
Apresiasi seni rupa adalah aktivitas mengindra karya seni rupa, merasakan, menikmati, menghayati dan menghargai nilai-nilai keindahan dalam karya seni serta menghormati keberagaman konsep dam variasi konvensi astistik eksistensi dunia seni rupa. Secara teoretik menurut
Brent G. Wilson dalam bukunya
Evaluation of Learning in Art Education; apresiasi seni memiliki tiga domain, yakni: perasaan (
feeling), dalam konteks ini terkait dengan perasaan keindahan, penilaian (
valuing) terkait dentan nilai seni, dan empati (
emphatizing), terkait dengan sikap hormat kepada dunia seni rupa, termasuk kepada profesi seniman, yaitu perupa (pelukis, pematung, penggrafis, pengeramik, pendesain, pengriya, dan lain-lain).
A. Pengembangan Sikap Apresiatif Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, Seni Teater
Pada hakikatnya semua manusia dianugerahi oleh Tuhan apa yang disebut
"sense of beauty", rasa keindahan.
Senantiasa rasa keindahan berperan memandu perilaku kita untuk memilih apa yang kita anggap menampilkan citra harmonis yang pada umumnya kita sebut tampan, cantik, gagah, ayu, dan rapi.
Secara psikologis pengalaman pengindraan karya seni itu berurutan dari sensasi (reaksi panca indra kita mengamati seni), emosi (rasa keindahan), impresi (kesan pencerapan), interpretasi (penafsiran makna seni), apresiasi (menerima dan menghargai makna seni), dan evaluasi (menyimpulkan nilai seni). Aktivitas ini berlangsung ketika seseorang mengindra karya seni, biasanya sensai tersebut diikuti dengan aktivitas berasosiasi, melakukan komparasi, analogi, diferensi, dan sintesis. Pada umumnya karya seni yang dinilai baik akan memberikan kepuasan spritual dan intelektual bagi pengamatnya.
B. Pengembangan Sikap Empati kepada Profesi Seniman dan Budayawan
Apresiasi seni budaya, termasuk seni rupa, sebagai bagian dari estetika dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas kemampuan mengapresiasi keindahan serta harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan kemasyarakatan sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis.
C. Mengamalkan Perilaku Manusia Berbudaya dalam Kehidupan Bermasyarakat
Kata budaya berasal dari bahasa sanskerta,
buddayah bentuk jamak dara kata
budhi yang berarti akal dan nalar. Jadi kata kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang berhubungan dengan budi, akal, dan nalar. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanyaa itu.
Kebudayaan memiliki tiga wujud (1) kebudayaan sebagai konsep (2) kebudayaan sebagai aktivitas, dan (3) kebudayaan sebagai artefak. Dengan klasifikasi seperti ini seluruh aktivitas interaksi manusia dengan Tuhan, interaksi dengan masyarakat, dan interaksi dengan alam, semuanya adalah kebudayaan.
Kata budaya sering juga dipadankan dengan kata
adab, yang menunjukkan unsur-unsur budi luhur dan indah. Misalnya kesenian, sopan santun, dan ilmu pengetahuan, adalah peradaban atau kebudayaan. Namun menurut Van Peursen, dewasa ini filsafat kebudayaan modern akan meninjau kebudayaan terutama dari sudut
policy tertentu, sebagai satu strategi atau
master plan bagi hari depan.
D. Interaksi dan Komunikasi Efektif dengan Lingkungan Seni Budaya
Dari pengalaman belajar apresiasi seni, di harapkan berkembang sikap demokratis, etis, toleransi, dn sikap positif lainnya. Sikap demokratis mislnya akan tercermin ketika siswa mengacu kepada prinsip diferensiasi dam tidak diskriminatif.
Contoh sikap demokratis lain adalah perilaku yang tidak bias gender.
E. Rangkuman
Apresiasi seni rupa adalah aktivitas mengindra karya seni rupa, menghargai nilai-nilai keindahan, keberagaman, dan kaidah artistik eksistensi karya seni rupa. Sikap apresiatif ini terbentuk, atas kesadaran dan kontribusi para seniman bagi bangsa dan negara, atau bagi nilai-nilai kemanusiaan pada umumnya. Pengenalan tokoh-tokoh budaya, perupa murni, pendesain, dan pengriya, dan reputasinya, adalah upaya nyata mengembangkan perasaan simpati, yang jika dilakukan berulang-ulang akan meningkat menjadi perasaan empati.
F. Refleksi
Setiap manusia dianugerahi oleh Tuhan perasaam keindahan, sadar atau tidak manusia menerapkan rasa keindahan ini dalam kehidupan sehari-hari. Dalam aktivitas kesenirupaan, baik dalam proses penciptaan, pengkajian, dan penyajiannya senantiasa dipandu oleh rasa keindahan yang sifatnya esensial dalam seni. Pada hakikatnya, pengalaman menikmati rasa keindahan itu memberikan kebahagiaan spritual bagi manusia. Oleh sebab itu, seudah selayaknya manusia mensyukuri anugerah Tuhan itu dan memuliakan nama-Nya.